Bagi Suku Tengger, kematian tanpa entas-entas adalah sebuah proses yang tak tuntas
Entas-entas Tengger adalah serangkaian ritual dalam upacara kematian yang dilakukan masyarakat Tengger. Ritual ini bertujuan untuk memperingati 1000 hari warga Tengger yang sudah meninggal. Ritual ini dilakukan untuk penyucian arwah bagi orang yang meninggal tersebut. Ritual ini dilaksanakan oleh seorang legen dengan dibantu oleh dukun wanita yang disebut sebagai pedandan.Dalam ritual entas entas menggunkaan sesajiberupa pisang raja, ricikan, bambu berisi beras dan nama ruh yang diupacarakan, petra, uang kertas, dan rokok yang di letakan dalam wadah tanah liat.
Sesaji lain yang dipersembahkan adalah minuman ringan kemasan botol dan makanan lain yang merupakan kesenangan ruh leluhur.Ada serangkaian tahapan yang dilalui dalam upacara Entas-entas, yakni ngrcsik, mepek, mbeduduk. lukatan, dan bawahan. Pada pelaksanaan upacara, si mati dihadirkan kembali dalam bentuk boneka (petra). Boneka petra dirangkai dari bahan dedaunan serta bunga dan selanjutnya ditempatkan pada altar Balai Kulon untuk disucikan pemangku adat dan ditandai pakaian si mati. Dalam menuju ke alam arwah, si mati diupacarai dengan berbagai hewan kurban seperti lembu, kerbau, dan kambing.
Ada beberapa tahapan prosesi yang dilakukan, diantaranya yaitu, keluarga yang bersangkutan mengisi kulak atau bumbung yang terbuat dari bambu itu dengan beras.Kulak tersebut sebagai lambang dari yang meninggal tersebut. Kemudian, semua keluarga berkumpul di bawah kain putih panjang yang dibentangkan oleh dukun setempat. Setelah itu, dilakukan prosesi Entas-entas. Inti dari upacara ini, bagi warga suku tengger yaitu untuk mengembalikan manusia kepada unsur alaminya, yaitu tanah, kayu, air dan panas.
Atma atau roh yang dientas diwakili oleh orang yang masih hidup, meskipun itu tidak ada hubungan saudara. Adapun salah satu persyaratan warga yang mau mewakili adma tersebut tidak boleh memakai baju, untuk yang perempuan diharuskan memakai kemben, atau pakaian tradisional pembungkus tubuh wanita yang secara historis umum ditemui di daerah Jawa dan Bali.
Karena dalam pandangan warga Suku Tengger, orang yang sudah meninggal itu tidak memakai baju ataupun lainya. Mereka yang mewakili adma itu kemudian dipayungi dengan menggunakan kain berwarna putih, diantaranya adalah anak-anak, muda maupun dewasa. Mereka kemudian diberikan mantra oleh dukun. Setelah itu, semua Petra dibawa ke tempat pembakaran untuk di sempurnakan.
Kalau Kamu Penasaran dengan Ritual Entas entas yuk berkunjung ke desa wisata edelweiss